Sunday, November 4, 2007

File Finansial

Download kumpulan file kecerdasan finansial, silahkan klik disini http://www.geocities.com/sourceid/GueEmangKerenDanGanteng/arsip/mind_your_business.zip

^^sourceid

Thursday, November 1, 2007

Basis Keuntungan

Dalam suatu pembicaraan dengan mantan rekan kerja saya. Pada pembicaraan tentang usaha makanan yang saya lihat pada televisi, saya memberikan gambaran apa yang bisa didapat dari usaha tersebut.

Usaha yang saya bicarakan adalah usaha penjualan makanan. Membayangkan apa yang bisa didapat dari jumlah pelanggan yang ada, maka saya ungkapkan kira- kira omset yang bisa didapat. Dan keuntungan yang bisa didapat kira- kira 50 persennya.
Tetapi pembicaraan ini disangah oleh rekan saya lainnya, mungkin karena dia tidak mendengarkan dari awal pembicaraan. Dia menyangah bahwa usaha makanan keuntungannya bukanlah 50% tetapi 100%.

Awalnya saya bingung juga, tetapi saya akhirnya tanyakan 100% dari mana maksudnya. Dia menjelaskan bahwa bila kita membuat makanan dengan modal 100 ribu rupiah maka biasanya makanan tersebut dapat terjual kira- kira 200 ribu rupiah, atau 100% keuntungan dari modal.

Suatu kesalahpahaman, dimana yang saya katakan 50% dari basis omset sedangkan rekan saya katakan 100% basis modal.

Apakah perbedaan dari basis keuntungan modal dengan basis omset? Tentu saja yang pasti dari perhitungannya, satu dengan persentase dibanding modal dan yang lainnya dibandingkan omset.

Tetapi dalam bisnis atau usaha yang menjadi kendala kebanyakan apa yang ada dalam pikiran kita. Mulai dari kita merencanakan, memulai, dan menjalankan, kesuksesannya diawali dari pikiran kita.

Pada saat kita merencanakan usaha, pikiran dapat membuat kita maju terus atau memikirkan banyak kendala, dan akhirnya memikirkan resikonya atau jadi enggan sama sekali memulai suatu usaha. Pikiran kita dapat saja positif atau negatif, optimis ataupun pesimis. Masalah inilah yang saya kira menjadi masalah pada perbedaan antara keuntungan basis omset atau modal.

Bila kita memikirkan keuntungan basis modal, maka kita dalam perencanaan bisnis menghitung dahulu investasi, pengeluaran, operasional, harga bahan baku, dan lainnya. Kemudian baru memikirkan barang tersebut dapat terjual seberapa besar (pricing) , dan baru terhitung berapa omset, keuntungan dan potensi pasarnya.

Sedangkan untuk keuntungan basis omset kita melakukan terbeliknya, pola pikir kita akan memperkirakan potensi pasar, segmen konsumen, dan potensi jumlah konsumen/ pelanggan. Dengan asumsi daya beli masyarakat atau dengan perkiraan dengan pengalaman/ bisnis orang lain sejenis yang sudah ada, maka kita dapat memperkirakan jumlah omset kira- kira. Nah dari sinilah kita memperkirakan modal, investasi, oprasional dan lainnya, untuk mendapatkan perkiraan keuntungan yang bisa didapatkan.

Apa yang bisa membuat orang bergerak atau membuat keputusan dalam berbisnis adalah faktor pendorong/ pengerak (driving force) dibanding dengan resiko/ halangan (resistance), jika nilai dari perbandingan ini tinggi semakin tinggi pula orang akan mau berbisnis.

Revenue
------------ = Business Value
Risk

Kenyataan yang tampak kalau kita memiliki pola pikir memikirkan dahulu nilai dari investasi, pengeluaran, operasional, harga bahan baku, dan lainnya. Ini berarti kita memikirkan dahulu "Risk" baru kemudian memikirkan "Revenue" dari suatu bisnis.

Jika pola pikir kita memikirkan "Risk" terlebih dahulu, kita bisa saja langsung berhenti tanpa memikirkan "Revenue" -nya. Dan saat sudah memikirkan "Revenue" kita kembali berpikir "Risk" sehingga kembali berhenti. Dengan pola pikir seperti ini kita dapat terbawa pada pemikirian yang pesimis atau kurang positif. Dan yang terpenting pola pikir demikian akan membuat orang enggan mencoba/ memulai.

Maka dari itu saya lebih suka mengunakan keuntungan basis omset, karena kita lebih memikirkan pendorongnya lebih dahulu sehingga kita mau maju dan mencoba. Baru kemudian kita memikirkan resiko dan hambatan yang akan ditemui. Atau lebih baik kita berani untuk gagal, jadi mencoba dan melakukannya terlebih dahulu baru selalu berusaha mengatasi kesulitan dan hambatan yang ditemui sambil melaksanakannya.

Pola pikir yang harus kita kita lakukan adalah. Bila kita menghadapi sesuatu yang baik maka kita harus memikirkan hal baiknya dahulu, dan untuk hal yang tidak baik maka kita juga harus memikirkan hal yang tak baiknya juga terlebih dahulu. Contoh bila Anda melihat ada kesempatan untuk mencuri, tentu saja Anda tahu mencuri itu perbuatan yang tidak baik dan sebaiknya Anda terlebih dahulu memikirikan hal yang tidak baik dari akibat mencuri seperti masuk penjara, dikucilkan dari masyarakat, dan lainnya. Maka dapat dipastikan Anda lebih baik memilih untuk tidak mencuri bukan.

Jangan takut mencoba yang baik, terutama berbisnis. Karena itu berarti Anda juga mau bertanggungjawab terhadap diri Anda dan orang lainnya.

^^sourceid