Tuesday, January 8, 2008

Gaya Hidup Orang Kaya

Jalan-jalan ke tempat yang fantastis, makan malam di restoran mewah, rumah megah berkolam renang dan jacuzzi, mobil mahal koleksi terbaru, berpesta pora dan segala kegemerlapan adalah potret gaya hidup orang kaya yang sering kita lihat. Film-film, sinetron, majalah, televisi kerap menayangkan gambaran gaya hidup kaum borjuis ini. Maka, tak pelak kita pun terpesona dan memimpikan gaya hidup seperti itu.

Pertanyaannya: benarkah gaya hidup seperti itu yang dilakukan oleh semua orang kaya? Ternyata tidak seluruhnya benar. Thomas Stanley dalam buku terlarisnya berjudul The Millionaire Mind menemukan fakta dari 733 multi milioner di Amerika (orang-orang yang memiliki kekayaan bersih di atas $ 10 juta) ternyata bergaya hidup sebaliknya. Jauh dari kemewahan. Mereka mengendarai mobil tua yang rata-rata usianya di atas 10 tahun dan tidak pernah membeli pakaian lebih mahal dari $ 399. Untuk kebutuhan sehari-harinya pun mereka memiliki anggaran bulanan rumah tangga yang ketat.

Ingvar Kamprad, pendiri IKEA (jaringan toko furnitur knock down terbesar di dunia) yang memiliki kekayaan bersih $ 53 miliar selalu bebergian menggunakan pesawat kelas ekonomi, mengendarai Volvo tua dan bahkan rela menunggu berbelanja di malam hari untuk kebutuhan keluarganya, di saat harga turun.

Sam Walton, pendiri Wal-Mart yang juga dinobatkan oleh Forbes sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaannya mencapai $ 90 miliar juga punya gaya hidup yang jauh dari kemewahan. Setiap bebergian dia selalu naik pesawat kelas ekonomi, menginap di hotel dengan patungan (sharing) dan mengenakan kemeja yang dibelinya di saat harga diskon di tokonya.

Warren Buffet, orang nomor dua terkaya di dunia dengan kekayaan $ 42 miliar tetap berkeliling dengan mobil tuanya, meskipun dia mampu membeli pabrik mobil sekali pun. Buffet yang baru-baru ini membuat berita heboh dengan menyumbangkan 80% kekayaannya untuk amal ini sangat jauh dari gaya hidup mewah.

Fakta-fakta yang diungkapkan Adam Khoo dalam buku Secrets of Self-Made Millionaire ini membuat saya termenung. Sedikit malu juga. Gaya hidup saya memang tidaklah mewah. Tapi tidak juga irit. Tapi, alhamdulillah, setelah membaca tulisan Adam Khoo ini saya menjadi tersadar kembali bahwa kemampuan mengelola pengeluaran termasuk salah satu ciri dari orang kaya.

Bagi Adam Khoo, uang $ 800 yang dikeluarkannya untuk membeli hand phone baru adalah kesia-siaan. Karena itu adalah uang yang hilang begitu dibelanjakan. Tapi, dia tidak ragu mengeluarkan uang ribuan dollar untuk sebuah pelatihan atau seminar. Karena sepulangnya dari sana, dia akan mendapatkan uangnya kembali ratusan kali lipat. Itu adalah minsetnya orang kaya.

Live below your mean. Hiduplah di bawah kemampuan kita. Itu adalah kata-kata bijak yang pernah saya baca. Jadi, walaupun kita mampu jalan-jalan ke Eropa, tapi sebaiknya ke Bali aja. Walau pun mampu beli Mercy, tapi beli Innova aja. Kurang lebih seperti itu. Pak Tung DW mempraktekkan gaya hidup seperti ini. Walau pun dia mampu beli Ferrari, tapi sekarang dia 'masih' pakai Mercy.

Saya juga tidak setuju dengan gaya hidup irit. Saya lebih suka menikmati hidup. Penghasilan kita harus dinikmati. Tapi jangan boros. Tetap harus hidup below your mean. Earn - invest - spend, itulah cara mengelola uang yang dipratekkan orang-orang kaya. Targetkan bahwa uang yang kita spend itu berasal dari passive income (termasuk dari profit bisnis), bukan dari earning bulanan. Asyik, kan? Kita tetap menikmati kualitas hidup yang layak tapi aset terut bertumbuh, bertumbuh dan bertumbuh...

(http://roniyuzirman.blogspot.com)

No comments: