Tuesday, August 7, 2007

Aktive Income VS Passive Income

Inginkah Anda punya banyak waktu untuk membesarkan anak-anak Anda, punya uang untuk disumbangkan ke lembaga sosial dan proyek yang Anda dukung, menciptakan lowongan pekerjaan dan membangun stabilitas keuangan bagi masyarakat, punya waktu dan uang untuk mengurusi kesehatan dan bisa keliling dunia dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT dengan keluarga.
Semua hal itu butuh uang, itu sebabnya uang itu penting, tapi sebagian besar dari kita sering tidak mau menghabiskan hidup hanya dengan bekerja mencari uang. Bagaimana solusinya? Berbagai metode menghasilkan uang yang berbeda membutuhkan kerangka berpikir yang berbeda, keterampilan teknis yang berbeda, jalur pendidikan yang berbeda dan jenis orang yang berbeda. Meski uang dimana-mana sama, cara memperolehnya bisa jauh berbeda.

Mengambil sebuah referensi dari sebuah buku yang dikarang oleh Robert T. Kiyosaki yang berjudul Rich Dad Poor Dad, menurutnya ada dua jenis uang yang dipandang dari cara mendapatkannya (istilah ini sering disebut income atau pendapatan) yaitu earning income dan passive income. Earning income dalam bahasa Indonesia mungkin sulit dicari terjemahannya, tetapi saya akan menggunakan istilah yang berlawanan dengan passive income yaitu aktive income.

Aktive income adalah pendapatan yang didapat dari aktivitas kita, tanpa aktivitas itu maka pendapatan kita akan berhenti. Contohnya, seorang employee (pegawai) mendapat uang dengan mempunyai pekerjaan dan bekerja untuk orang lain atau sebuah instansi/perusahaan. Selain itu, orang self-employee (pekerja lepas) mendapat uang dengan bekerja untuk diri sendiri. Contoh riil dalam kehidupan adalah gaji yang kita terima sebagai pegawai, keuntungan yang kita peroleh dari transaksi jual beli, pendapatan seorang dokter, desainer, apapun keahlian mereka yang senantiasa menggunakan jasa mereka.

Sedangkan passive income adalah income yang didapat tanpa kita harus melakukan aktivitas. Biasanya passive income didapat dari asset yang kita bangun/investasikan sehingga asset itu menghasilkan passive income untuk kita. Misalnya seorang business owner (pemilik usaha) memiliki usaha yang menghasilkan uang, dan investor (penanam modal) mendapat uang dari berbagai investasi mereka, dengan kata lain, uang menghasilkan uang yang lebih banyak. Kita memiliki usaha atau perusahaan yang sudah bisa ditinggal dan usaha ini bisa berjalan terus tanpa tergantung pada aktivitas sebagai pemiliknya. Passive income juga didapat dari properti yang disewakan kepada orang lain, ruko (rumah kontrakan), atau apartemen. Selain itu juga deposito.

Hingga saat ini, orang banyak berpikir bahwa passive income hanya dapat dilakukan oleh orang kaya saja, misalnya konlemerat atau orang yang banyak uang sehingga bisa mendepositokan uangnya yang besar atau mereka yang bisa investasi membeli properti banyak dan sebagainya. Padahal setiap orang memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan passive income, tergantung manusianya itu sendiri sejauhmana memanfaatkan peluang ini.

Masih menurut Robert T. Kiyosaki, peluang terbesar untuk mendapatkan passive income dapat diperoleh di kuadran kanan, yaitu di business owner dan investor. Lebih spesifik, yaitu di wilayah business owner yang biasanya dijalankan oleh orang yang menjalankan bidang usaha berbentuk corporate, franchise dan network marketing. Perbedaan diantara ketiganya adalah di modal, resiko, persiapan tempat, waktu, SDM dan sistem. Dari ketiga bidang usaha di atas yang paling mudah dilakukan sehingga mendapatkan passive income adalah bidang usaha Network Marketing.

Mudah disini mengandung arti yang sejalan dengan aktivitas rutin masyarakat kita dan dari analisa modal, resiko, persiapan tempat, waktu, SDM dan sistem. Lebih dari seratus perusahaan network marketing beroperasi di Indonesia, kita dapat menyeleksi mana yang benar-benar menghasilkan kriteria passive income. Memang hampir semua menawarkan sistem yang mudah dan passive income, tetapi perlu waktu untuk membuktikannya. Pada prinsipnya di network marketing, income didapatkan dari jumlah pembelian produk dikalikan dengan jumlah jaringan. Untuk lebih mepermudahkan memilih mana yang dapat menghasilkan passive income atau tidak adalah dilihat dari dua hal (di usaha network marketing).

Pertama, aktivitas pembangunan jaringan. Pada perusahaan network marketing, biasanya pada jenjang karir tertentu kita akan mendapatkan penghasilan yang menurut kita “aman” dan bisa dibilang melebihi pendapatan diatas rata-rata. Di wilayah ini kita tidak lagi melakukan aktifitas membangun jaringan lagi karena aktivitas kita telah diduplikasi oleh mitra yang kita ajak bergabung di usaha ini. Kedua, aktivitas pemenuhan batas minimal belanja produk yang diwajibkan oleh perusahaan kepada setiap individu (distributor) yang menjalankan bisnis ini.

Demikian jelas perbedaan antara passive income dengan active income. Sekarang tergantung kita, memilih yang mana diantara kedua pendapatan itu. Apapun pilihan kita, senantiasa akan menjelaskan keinginan dan komitmen kita dalam menjalankan hidup di dunia yang hanya sekali ini. GO PASSIVE INCOME! Bagaimana strategi merubah active income ke passive income? Simak dan ikuti terus rubrik Cashflow Education ini.

Oleh Aries Setyo Priyono, Direktur Utama PT. Citra Niaga Abadi

No comments: