Friday, August 3, 2007

Karisma

Para pemimpin dunia, seperti: Bung Karno, Bung Hatta, Gandhi, Gorbachev, Benjamin Disraeli mempunyai satu persamaan: karisma. Inilah perlu dimiliki semua pemimpin di semua lapisan untuk membawa orang-orang yang mereka pimpin ke kondisi yang lebih baik.

Berita dan suasana pemilu sudah mulai menghangat. Bangsa Indonesia sudah bersiap-siap untuk memilih pemimpin bangsa yang dapat membawa negara ini kepada perdamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan.
Dengan kesempatan memilih langsung pemimpin bangsa, tentunya kita tidak ingin salah pilih. Yang kita cari adalah pemimpin yang memiliki karisma yang dapat menjadi teladan bagi kita semua. Salah satu kualitas yang perlu dimiliki seorang pemimpin adalah karisma. Anda ingin menjadi seorang pemimpin, bangunlah karisma.

MEMBANGUN KARISMA
Apa yang harus kita miliki untuk membangun karisma? Tubuh besar dan gagah? IQ tinggi? Kekayaan melimpah? Jabatan tinggi? Ternyata semua ini bukan elemen yang membentuk karisma. Jacques Wiesel mengungkapkan bahwa dari sebuah survei yang melibatkan 100 jutawan yang dianggap memiliki karisma dan berhasil meraih sukses mereka sendiri, ada satu kesamaan yang mereka miliki: mereka memandang kebaikan orang lain. Bagaimana caranya?
Beri apresiasi. Memberi apresiasi kepada orang lain dengan cara membantu mereka melihat hal-hal positif dalam diri mereka sendiri merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membangun karisma. John C. Maxwell menambahkan bahwa jika kita memberi nilai 10 kepada setiap orang, maka hal ini akan membantu mereka menghargai diri sendiri, dan di saat yang sama mereka akan sangat berterima kasih karena kita telah menunjukkan potensi mereka yang tersembunyi. Pendapat ini juga didukung oleh Benjamin Disraeli, mantan perdana menteri Inggris yang sangat dikagumi karena karismanya yang kuat.
Menurut Disraeli, jika kita menghargai orang lain, memberikan dorongan kepada mereka untuk maju, dan membantu mereka mengembangkan potensi yang mereka miliki, maka mereka akan mengasihi kita dan memberikan dukungan kepada kita. Jadi, prinsipnya, beri apresiasi terhadap orang lain, maka tanpa diminta pun, apresiasi itu akan menghampiri kita dengan sendirinya.
Beri harapan. Jika seseorang tidak memiliki harapan lagi dalam hidup ini, maka hidupnya dipastikan tidak akan lama lagi. Banyak orang menderita, menghancurkan masa depan mereka, bahkan bunuh diri, karena tidak melihat harapan dalam hidup mereka. Sebaliknya, harapan untuk bertemu sanak keluarga telah memacu seroang tahanan perang untuk bertahan terhadap siksaan yang bertubi-tubi dari pihak musuh. Harapan sembuh, telah mendorong seorang pasien kanker stadium tinggi untuk tetap berupaya mencari alternatif pengobatan, dan menjalani berbagai upaya medis sehingga akhirnya kesembuhan tersebut benar-benar bisa diraih. Harapan untuk merdeka yang dikobarkan Jenderal Sudirman, Bung Karno, Bung Hatta dan Bung Tomo, juga telah menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu melawan penjajah. Demikian juga Gandhi, harapan yang ditebarkannya kepada seluruh bangsa India untuk mencapai kemerdekaan juga telah mengerahkan jutaan orang untuk berjuang bersama-sama. Jadi, dengan memberi dan menunjukkan harapan, seorang pemimpin bisa menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk bersama-sama dengannya meraih harapan tersebut, bukan karena terpaksa, tetapi karena keinginan mereka sendiri. Tindakan yang didorong keinginan sendiri memiliki kekuatan yang luar biasa dibanding tindakan yang disebabkan karena perintah orang lain.
Beri nilai tambah. Semua orang ingin menjadi lebih pandai, lebih bijak, lebih sejahtera, dan lebih bahagia. Namun, seringkali semua ini tidak bisa dilakukan sendirian. Mereka perlu bantuan orang lain. Pastikan bahwa kitalah orang yang dapat memberi nilai tambah bagi orang lain. Orang akan senang pada orang lain yang membuatnya lebih baik. Jadi berbagilah kepada orang lain: pengalaman, pengetahuan, hikmat, dan perubahan. Jack Welch membawa perubahan positif di perusahaan yang dipimpinnya: perubahan nilai, budaya kerja dan sistem organisasi. Ray Kroc, si raja hamburger pendiri McDonalds, telah menyumbangkan konsep layanan cepat saji bagi para pebisnis. Michael Dell telah merevolusi penjualan komputer rakitan dengan memberi kendali pada calon pembeli untuk merakit sendiri komputer yang mereka inginkan. Romo Mangun, telah memberi bekal keterampilan dan pengetahuan bagi anak jalanan untuk membangun sendiri rumah idaman mereka di pinggiran sebuah sungai. Nilai tambah berupa perubahan besar tidak diraih dalam sehari, perubahan ini dipupuk dari perubahan-perubahan kecil. Jadi, jika kita ingin menjadi seorang pemimpin yang memiliki karisma, pikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan kita.

PRINSIP YANG PERLU DITERAPKAN
Untuk melakukan semua hal tersebut di atas, yang perlu kita terapkan dalam kehidupan kita adalah prinsip-prinsip berikut:
Fokus pada orang lain. Orang yang hanya memikirkan diri sendiri, cenderung akan berjuang untuk kepentingan sendiri. Mereka cenderung akan mengabaikan orang lain, dan mengabaikan pengaruh ataupun akibat buruk yang ditimbulkan dari tindakan yang mereka lakukan. Pemilik pabrik yang hanya mementingkan profit bagi perusahaannya, tidak akan mempedulikan dampak limbah dari proses produksi di pabrik yang mereka miliki pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Seorang pengusaha yang mementingkan diri sendiri, akan melakukan berbagai upaya, termasuk upaya yang merugikan orang lain untuk meraih keuntungan bagi dirinya sendiri. Akumulasi dari dampak negatif dari tindakan mereka adalah kebencian orang-orang sekitar mereka. Sebaliknya, para pemimpin berkarisma lebih mementingkan orang lain dari pada diri sendiri. Jika bertemu dengan orang lain, mereka akan bertanya tentang orang tersebut, menggali dan menunjukkan potensi orang tersebut. Tindakan yang mereka lakukan, dan keputusan yang mereka ambil adalah untuk kepentingan orang yang mereka pimpin. Mereka berusaha menjadikan hidup lebih berarti, dan lebih ”kaya” dengan menjadikan orang lain fokus dalam perjuangan mereka. Dampak dari sikap mereka ini adalah penghargaan dan dukungan orang lain atas tindakan dan keputusan mereka, karena orang lain percaya bahwa apa yang mereka lakukan, putuskan dan perjuangkan adalah untuk kepentingan orang banyak.
Bangun kesan pertama yang positif. Kesan pertama akan sulit terhapus dari benak kita. Kesan pertama akan menentukan apakah kita akan terus berteman atau menghindari pertemanan dengan orang yang beru kita kenal. Jadi bangunlah kesan pertama yang positif. Caranya? Jika mungkin, cari tahu informasi tentang orang yang akan kita temui, bukan informasi umum, tetapi informasi mengenai orang-orang terdekat (sahabat, keluarga), dan prestasi mereka. Orang akan bereaksi jika kita menanyakan hal berikut: ”Saya dengar, putera Anda mendapat ranking pertama di sekolahnya.” Atau ”Sahabat Anda, Teddy, banyak cerita tentang prestasi Anda di sekolah dulu dan juga di tempat kerja Anda.” Pendekatan seperti ini akan membuat orang lain lebih membuka diri, karena mereka senang kita telah memperhatikan dan menghargai prestasi yang telah mereka capai, atau karena kita kenal orang-orang terdekat mereka. Dengan demikian mereka akan lebih menaruh kepercayaan kepada kita.
Peduli. Sebelum kita berbagi kepada orang lain, kita perlu menunjukkan kepedulian kepada mereka. Sikap peduli, didukung dengan fokus kepada orang lain dan membangun kesan pertama yang positif akan lebih menguatkan karisma seorang pemimpin. Martin Luther King Jr. peduli pada nasib sesama warga negara berkulit hitam yang diperlakukan tidak adil. Ia menunjukkan kepeduliannya melalui tulisan, pidato, dan tindakan protes yang penuh damai dengan berjalan kaki bersama-sama rekan seperjuangan untuk membangkitkan perhatian dunia akan isu persamaan hak yang ia perjuangkan bersama para pengikutnya. Ibu Teresa membangun karisma dengan menunjukkan kepedulian pada nasib kaum papa. Ibu yang penuh kasih ini, berjuang berbagi kasih kepada orang-orang miskin, sakit dan hampir mati. Dengan tindakan kepeduliannya ini, ia berhasil mengajak dunia untuk ikut memperhatikan dan memperjuangkan nasib orang-orang yang kurang beruntung. Dari contoh-contoh ini terlihat bahwa kepedulian yang tulus tidak harus diperlihatkan dengan limpahan harta. Pandangan mata yang tulus, perhatian yang dalam akan masalah yang dihadapi orang lain, serta sepotong nasihat atau tips yang diberikan pada saat yang tepat, dan kata-kata yang menyejukkan merupakan hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kepedulian kita pada orang lain.
Karisma adalah kemampuan menarik orang lain untuk memberikan dukungan mereka dengan senang hati, bukan karena terpaksa, tetapi karena kemauan mereka sendiri. Jadi, membangun karisma bukanlah dari kepedulian pada diri sendiri, kekuasaan, atau paksaan, melainkan melaui fokus dan kepedulian yang tulus pada orang lain. Dengan peduli pada orang lain, menghargai mereka sepenuh hati, menunjukkan potensi mereka, dan membantu mereka untuk meraih sukses yang mereka dambakan, orang-orang tersebut akan berbalik menghargai kita, dan memberi dukungan yang tulus pada apa pun yang kita lakukan. n

Oleh:
Roy Sembel, Direktur MM Finance Plus, Universitas Bina Nusantara (www.roy-sembel.com),
Sandra Sembel, Direktur Utama Edpro (Education for Professionals), edpro@cbn.net.id
(Sinar Harapan)

No comments: